"Indonesia ini luas, kaya sumber daya alam, manusianya melimpah, ahlinya banyak, tapi kenapa to ya kok nggak maju-maju?" tanya Sarmin.
"Pengin maju? Ada resepnya!" timpal Paiyem.
"Apa resepnya Yem?" tanya Sarmin.
"Jangan lagi pakai nama Indo! Itu bukan asli sini, tapi campuran sama bule. Lagian, terlalu banyak Indo dipakai merek dagang. Nggak usah kusebut, ntar dikira aku tukang iklan!"
"Lha terus pakai nama apa? Kamu jangan ngacau, ditangkap BIN nanti, dituduh antinasionalis!"
"Lha kalau saya yang orang ndeso dan cengoh ini ya nggak bisa ngasih ide. Tapi kalau yang asli , tulen, produk sini ya onde-onde, krupuk upil, utri, gethuk, ... ya banyaklah."
"Gini Yem. Saya pernah dengar katanya orang bule pinter bernama Joseph E Stiglitz, mengatakan bahwa jadi sapi Eropa lebih beruntung dari orang miskin Indonesia. Jadi, sapi Eropa itu lebih maju daripada orang miskin Indonesia. Makanya, orang Indonesia harus impor banyak-banyak sapi dari Eropa. Kita tanya sapi-sapi itu, "Pi Sapi! Mengapa hidupmu lebih enak daripada kami?"
"Jadi, maksudmu, agar Indonesia bisa maju harus berguru kepada sapi Eropa?" tanya Paiyem.
"Loh, bertanya, bukan berguru! Kamu jangan menghina guru-guru Indonesia!"
"Lha buktinya, guru tambah banyak, Indonesia kok tambah bengep?"
"Ssst... kamu bisa kena pasal penghinaan KUHP kayak Mas Jaenal yang dilaporkan Gus SBY itu!"
"Wah, mumet aku Mas. Gini sajalah, daripada pusing-pusing mikir resep, besok kalau aku punya anak laki-laki aku beri nama Sapi'i, Eropa panggilannya Pi'i. Kalau perempuan Sapiyem Eropa, panggilannya Piyem. Sapi Eropa aja lebih beruntung, apalagi Sapi'i Eropa atau Sapiyem Eropa?"
"Kalau aku lain Yem. Anakku besok aku beri nama Suharto Sapi Amerika. Suharto aja kayanya ya ampun. Kamu nggak tahu juga, sapi Amerika nasibnya juga sama beruntungnya dengan Sapi Eropa."
"Wah Sampean urik, nakalan Mas. Lha kalau begitu, anakku juga aku kasih nama 'George Soros Unta Saudi Arabia Kuda Amerika Sapi Eropa.' Pasti kaya nggak karu-karuan!"
"Yo wis sak karepmu! Kita ini matrek. Untung kok disamakan dengan kaya."
Sementara itu, Indonesia yang kaya-raya, rakyatnya tetap buntung... Untung masih buntung, tidak linglung kecemplung kedhung...
Cakbagio... kwekkwekkwek....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar